Profil Desa Dlangu
Ketahui informasi secara rinci Desa Dlangu mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.
Tentang Kami
Profil Desa Dlangu, Butuh, Purworejo. Telusuri sejarah desa yang namanya berasal dari tanaman obat beraroma wangi, potensi pertaniannya yang subur, serta kehidupan sosial masyarakatnya yang komunal, agamis,
-
Identitas dari Tanaman Dringo
Nama "Dlangu" berasal dari tanaman Dringo atau Dlingo (Acorus calamus), sebuah tanaman obat beraroma khas yang melambangkan harapan akan kesehatan, ketenteraman, dan penolak bala bagi masyarakatnya.
-
Lumbung Pangan Strategis
Berada di dataran rendah yang subur, Desa Dlangu merupakan salah satu desa penyangga pangan yang produktif di Kecamatan Butuh, dengan padi sebagai komoditas utama yang menopang perekonomian.
-
Komunitas Agamis dan Gotong Royong
Kehidupan masyarakatnya sangat diwarnai oleh nilai-nilai keislaman yang kuat dan semangat gotong royong, yang menjadi fondasi utama dalam menjaga keharmonisan dan mendorong pembangunan desa.
Di Kecamatan Butuh, Kabupaten Purworejo, terdapat sebuah desa yang namanya tidak hanya merujuk pada sebuah lokasi, tetapi juga pada sejenis tanaman kaya manfaat dan filosofi: Desa Dlangu. Nama ini berasal dari tanaman Dlangu atau Dringo/Dlingo (Acorus calamus), sebuah tumbuhan rimpang beraroma wangi yang secara turun-temurun dipercaya memiliki khasiat sebagai obat dan penolak bala. Desa Dlangu, dengan demikian, adalah sebuah komunitas yang namanya sendiri merupakan sebuah doa untuk kesehatan dan ketenteraman. Sebagai desa agraris yang subur, ia menjadi cerminan dari harapan yang terkandung dalam namanya, tumbuh makmur dari tanah dan kuat oleh ikatan sosial warganya.
Sejarah dan Filosofi di Balik Nama "Dlangu"
Nama Dlangu memiliki akar yang dalam pada tradisi dan kearifan lokal masyarakat Jawa. Tanaman Dlangu (Dringo) bukanlah tanaman biasa. Rimpangnya yang beraroma khas telah lama digunakan dalam pengobatan tradisional untuk berbagai penyakit, serta dalam berbagai ritual adat sebagai sarana untuk menolak energi negatif atau bala. Penggunaannya yang paling dikenal adalah dalam ramuan ceplok yang dioleskan di dahi bayi agar terhindar dari sawan atau gangguan makhluk halus.Penamaan desa dengan nama tanaman ini bukanlah tanpa alasan. Menurut narasi lokal, pada masa lalu wilayah desa ini kemungkinan besar merupakan area di mana tanaman Dlangu tumbuh subur, mungkin di rawa-rawa atau area perairan. Para leluhur yang mendirikan pemukiman di sini kemudian mengabadikan nama tanaman tersebut dengan harapan agar desa dan warganya senantiasa diberi kesehatan, keselamatan dan dijauhkan dari segala macam malapetaka. Nama Dlangu menjadi simbol perlindungan dan keberkahan alam, sebuah identitas yang terus dibawa dengan bangga oleh masyarakatnya hingga kini.
Kondisi Geografis dan Tatanan Demografis
Secara geografis, Desa Dlangu terletak di kawasan dataran rendah yang subur di Kecamatan Butuh. Kontur tanahnya yang datar sangat ideal untuk pengembangan pertanian, khususnya sawah irigasi. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Purworejo, luas wilayah Desa Dlangu tercatat sekitar 1,53 kilometer persegi. Desa ini berada di lokasi yang strategis, berbatasan langsung dengan desa-desa lain; di sebelah utara berbatasan dengan Desa Wareng, di sebelah timur dengan Desa Panggeldlangu, di sebelah selatan dengan Desa Wironatan, dan di sebelah barat berbatasan dengan Desa Butuh dan Sruwohrejo.Menurut data kependudukan termutakhir, Desa Dlangu dihuni oleh sekitar 1.832 jiwa. Dengan luas wilayah tersebut, maka tingkat kepadatan penduduknya berada di angka sekitar 1.197 jiwa per kilometer persegi. Mayoritas penduduknya adalah petani, sebuah profesi yang menjadi tulang punggung perekonomian desa selama bergenerasi. Selain petani, terdapat pula warga yang bekerja di sektor lain seperti perdagangan, jasa, wirausaha, dan sebagian kecil sebagai aparatur sipil negara.
Pertanian sebagai Jantung Perekonomian
Perekonomian Desa Dlangu berdetak seirama dengan siklus pertanian. Lahan persawahan yang membentang luas menjadi aset utama yang diolah secara intensif untuk menopang kehidupan warga. Komoditas andalan yang menjadi primadona adalah padi. Berkat sistem irigasi yang terkelola dengan baik, para petani mampu memanen padi dua hingga tiga kali dalam setahun, menghasilkan surplus gabah yang berkontribusi penting bagi ketahanan pangan di Kecamatan Butuh.Selain padi, para petani juga melakukan diversifikasi tanaman dengan menanam palawija di musim kemarau atau di lahan tegalan. Tanaman seperti jagung, kedelai, dan kacang-kacangan menjadi pilihan untuk menjaga kesuburan tanah dan memberikan pendapatan alternatif. Aktivitas ekonomi lainnya yang menunjang adalah peternakan skala kecil. Hampir setiap rumah tangga memelihara unggas atau kambing sebagai "tabungan" dan sumber protein. Keberadaan kelompok tani di desa ini sangat vital sebagai pusat informasi, koordinasi, dan advokasi bagi kepentingan para petani.
Tata Kelola Pemerintahan dan Pembangunan Desa
Pemerintahan Desa Dlangu dijalankan oleh seorang Kepala Desa beserta jajaran perangkatnya, yang bekerja secara sinergis dengan Badan Permusyawaratan Desa (BPD). Prinsip partisipasi publik dijunjung tinggi, terutama dalam proses perencanaan pembangunan melalui Musrenbangdes. Forum ini menjadi wadah bagi warga untuk menyampaikan aspirasi dan usulan program yang dianggap paling mendesak bagi kemajuan desa.Pada tahun 2025 ini, pemerintah desa memfokuskan penggunaan Dana Desa untuk mendukung sektor pertanian dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Program prioritas mencakup pemeliharaan dan normalisasi saluran irigasi untuk menjamin ketersediaan air di sawah, serta perbaikan jalan usaha tani untuk mempermudah akses pengangkutan hasil panen. Di bidang sosial, program seperti peningkatan gizi balita melalui Posyandu, dukungan untuk kegiatan keagamaan, dan pemberdayaan pemuda melalui Karang Taruna terus digalakkan.
Kehidupan Sosial yang Agamis dan Penuh Kebersamaan
Karakter masyarakat Desa Dlangu sangat lekat dengan nilai-nilai keagamaan dan kebersamaan. Sebagai komunitas yang homogen dan agamis, ajaran Islam menjadi panduan utama dalam etika sosial dan kehidupan sehari-hari. Masjid dan musala tidak hanya menjadi pusat ibadah, tetapi juga pusat kegiatan sosial, pendidikan, dan pembinaan umat yang aktif.Semangat gotong royong merupakan pilar utama dalam kehidupan bertetangga. Tradisi kerja bakti, rewang atau sinoman (membantu tetangga yang punya hajat), dan menjenguk warga yang sakit adalah praktik sosial yang masih sangat hidup dan dijaga. Suasana pasca perayaan HUT RI ke-80 pada Agustus 2025 ini pun turut memperkuat ikatan komunal melalui berbagai kegiatan yang melibatkan seluruh lapisan masyarakat. Kehidupan yang komunal dan harmonis ini menjadi modal sosial yang tak ternilai, menciptakan lingkungan yang aman, damai, dan tenteram, selaras dengan filosofi nama desa itu sendiri.
Tantangan dan Prospek Masa Depan
Sebagai desa yang bertumpu pada sektor tunggal, yakni pertanian, Dlangu menghadapi tantangan terkait keberlanjutan. Regenerasi petani menjadi isu sentral, di mana generasi muda cenderung lebih tertarik bekerja di sektor non-pertanian. Selain itu, ketergantungan pada kondisi cuaca dan fluktuasi harga komoditas pertanian menjadi risiko ekonomi yang konstan.Namun prospek masa depan Desa Dlangu tetap menjanjikan. Dengan fondasi sosial yang sangat kuat, desa ini memiliki potensi besar untuk mengembangkan program-program ekonomi berbasis komunitas. Pengembangan agribisnis, seperti pengolahan hasil panen menjadi produk bernilai tambah (misalnya tepung beras atau makanan ringan), dapat membuka lapangan kerja baru. Selain itu, potensi tanaman Dlangu itu sendiri sebagai komoditas biofarmaka bisa digali lebih dalam, misalnya dengan budidaya terarah untuk industri jamu atau minyak atsiri, yang dapat menjadi ikon produk unggulan desa sesuai dengan namanya.
Penutup
Desa Dlangu adalah sebuah desa yang namanya merupakan doa. Sebuah harapan akan keselamatan dan kesejahteraan yang terus diwujudkan melalui kerja keras di ladang dan kehangatan dalam interaksi sosial. Dari filosofi tanaman Dringo, kita belajar bahwa desa ini tidak hanya menumbuhkan padi untuk raga, tetapi juga merawat tradisi dan kebersamaan untuk jiwa. Dengan terus memupuk sawah dan menyirami semangat gotong royong, masyarakat Dlangu akan senantiasa menuai panen kemakmuran dalam lingkungan yang aman dan tenteram, persis seperti makna yang terpatri dalam namanya.
